aku dan sejarah
Tentang diriku dan sejarah. Diriku termasuk orang yang menyukai pelajaran "membosankan" ini sejak duduk di bangku Mts. Semua itu bisa dilihat dari antusiasnya diriku saat pelajaran sejarah berlangsung dikelas. Banyak sekali hal yang aku ketahui dari sejarah, tidak hanya cerita-kisah sejarah tersebut, namun juga banyak pelajaran/ibrah yang bisa diambil untuk diri sendiri maupun lingkungan dari sejarah tersebut. Disini aku akan mencoba berbagi apa sih sejarah itu, manfaatnya dan pentingnya sejarah menurut pandanganku. Monggo...
" Kenapa suka sejarah ? "
Pertanyaan itu sering ditujukan kepadaku. Dan jawabannya, karena dengan sejarah aku mencari jati diri dan mengetahuinya. Kok ?, Begini, sejarah itu adalah peninggalan masa lampau dalam bentuk kisah,benda, atau apapun itu. Jadi, contoh simpel dari sejarah untuk mengetahui jati diri adalah dengan mengetahui sejarah yang ada di keluarga sendiri. Entah itu mengetahui siapa kakek-nenek buyut keluarga, kisah para sesepuh dikeluarga, dan peninggalannya (warisan-wasiat) kalaupun ada. Dengan aku mengetahui sejarah di keluargaku sendiri maka aku akan tahu siapakah nenek moyangku dulu, apasih pekerjaannya, ngapain aja, dan apa jalan perjuangan hidup yang ditempuhnya. Bukankah keluarga itu turun temurun?. Maka kisah, peninggalan, dan jalan perjuangan sesepuh dahulu juga sangat mungkin tersalurkan oleh penerus dari generasi ke generasi.
Sering kita tengok sebuah keluarga mewarisi apa - apa saja yang dilakukan pendahulunya. Keluarga tentara, keluarga petani, keluarga intelek, keluarga guru, keluarga politisi, keluarga pengusaha, keluarga ulama, dan masih banyak lagi. Bukankah itu didapatkan dari sesuatu hal yang ditinggalkan keluarga dahulunya. Maka bagaimana jika generasi penerusnya tidak turut mengisi sejarah keluarganya, dan bahkan kisah sejarahnya pun juga tidak sampai pada telinganya. Generasi itu akan kehilangan Marwah jalan perjuangan keluarganya yang telah di turunkan dari generasi ke generasi. Mungkin generasi itu akan tetap hidup, bahka lebih sukses dibanding pendahulunya. Tapi Marwah, harga diri, "feel" perjuangan keluarganya tidak ada di dalam jiwanya. Itulah lur, pentingnya sejarah agar kita tahu jati diri kita, siapa, untuk apa, bagaimana jalan hidup yang kita jalani.
Buya HAMKA, sejak lahirnya ia sudah direncanakan meneruskan ayahnya, HAKA, untuk menjadi pengajar agama. Namun saat kecilnya, nampaknya ia tidak seperti ayahnya waktu kecil yang suka belajar ilmu agama dan cepat berbahasa Arab. HAMKA lebih memilih menjadi bocah pada umumnya yang periang, jail, dan suka bermain dari pada duduk dilanggar. Namun HAMKA tetaplah anak dari pendidik, bisa dilihat bahwa HAMKA kecil suka sekali membaca buku. Buku apa saja ia baca, dan bukan kitab yang dibacanya dan membuat ayahnya menyerahkan jalan hidupnya kedirinya sendiri. Walaupun tak sesuai dengan jalan ayahnya, namun karena HAMKA mengetahui marwah dari keluarganya, maka lambat laun HAMKA juga menjadi pengajar agama. Walaupun tidak sama persis dengan ayahnya, tetapi jalan perjuangan yang ditempuhnya cukuplah memberikan gambaran kepada orang-orang bahwa HAMKA adalah anak dari HAKA, dan keluarganya memang seperti itu dari dahulunya.
Sejarah membuat diriku menjadi rendah dan menghargai para pendahulu. Bicara tentang sejarah para pahlawan negeri, tidak bisa kita menghilangkan kontroversi di setiap sejarah yang melekat pada suatu tokoh atau sebuah peristiwa. Ada saja pro dan kontra yang membayanginya. Wajar, begitulah sejarah. Karena tokoh pendahulu negeri juga mempunyai jalan perjuangan yang berbeda untuk kemerdekaan negeri ini. Alhasil perbedaan perbedaan bahkan perpecahan dan saling sikut pun juga lumrah tertulis dalam tinta sejarah bangsa kita. Namun yang patut kita garis bawahi disini, sebagai seorang pemuda dan penerus generasi bangsa. Alangkah bijaknya jika kita tidak turut ikut campur perbedaan pandang para pendahulu. Cukup mengetahui dan simpan dalam diri untuk pelajaran mengisi kemerdekaan. Kontroversi Soekarno, HOS Tjokroaminoto, Tan Malaka, HAMKA, Muso, Agus Salim, M Natsir, Kartosoewirjo dan lain-lainnya biarlah menjadi bumbu penyedap perjalanan sejarah itu sendiri. Yang terpenting mereka semua juga turut andil dalam membangun bangsa dan negara. Hargai itu. Dan jangan dicaci maki. Hina dirimu jika masih bisa mencaci maki para pendahulu. Menjijikan!.
Apalagi jika kalian pernah melewati suatu daerah, atau tempat yang menjadi saksi sejarah pada masa lampau. Saat belum tahu sejarah itu, dirimu hanya melewatinya dengan biasa saja, lebih acuh tak acuh. Tapi ketika dirimu mengetahui ada kisah sejarah di suatu daerah atau tempat yang kamu lewati, maka akan timbul rasa "menghargai" saksi kisah masa lampau itu. Apalagi jika yang kamu lewati adalah sejarah yang kisahnya dan tokonya kamu banggakan, maka kamu akan turut bangga jika melewatinya.
Terakhir lur, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Karena jika kita melupakan kita akan hilang kendali, rasa jumawa bahkan merendahkan kisah kisah beserta tokoh sejarah akan menjadi bumerang bagi kehidupan bangsa dikemudian hari. Banyak ibrah pelajaran yang bisa kita petik dari sejarah tersebut, tentang perjuangan yang tak akan ada hentinya ini. Aku juga mempercayai bahwasanya sejarah itu bisa terulang, maka jangan melakukan kesalahan yang pernah di lakukan dahulu kala. Dan benar kata bung Karno,
"JASMERAH!"
Comments
Post a Comment