Untuk Apa Aku Hidup ?


Pertanyaan dasar ketika dewasa adalah satu-satunya kata tak bisa terhidarkan, hidup lalu mati tak  bisa di ubah maupun dibantah. Entah kenapa hidup itu terlalu sulit untuk dijalani, pertanyaan yang  selalu tak ada habisnya, hidupmu untuk apa ?. apakah hanya sekedar duduk menikmati senja atau purnama, atau juga menjalin kisah cinta yang tak kunjung melepas haus dahaga.

Rasanya kopi yang ku minum tadi pagi masih terasa jelas di tenggorakan, kopi itu seakan mengenang kembali rasa yang telah terjadi hingga membuat semuanya terasa hambar. Baru pagi tadi, juga ku ingat kata-kata kawan jalanan mengenai kehidupan “ hiduplah dan nikmati hidup”, mudah disampaikan namun terlalu sulit untuk dijalani, yaa, tak semudah itu. Tak semudah membalikan wajan dari tungku perapian, salah-salah bisa terbakar tangan terkena bara panas.

Lagi-lagi pertanyaan retoris itu muncul dalam perjalanan menuju tempat perkumpulan. Untuk apa aku hidup?

Perjalanan yang berat, dengan motor tua berisik yang selalu rusak setiap minggu, pertanyaan itu malah memutar jauh, untuk apa motor tua itu hidup? Bukannya sudah terlalu banyak penderitaan yang dialami, namun masih saja dia hidup. Lalu untuk apa dia hidup? Pertanyaan itu semakin terputar dikapala tak menemukan titik temu. Lalu untuk apa aku hidup? Apakah hidupku hanya akan terus mengurusi motor tua itu seperti motor tua yang terus mengurusi penjalananku sampai selamat?, lagi-lagi bingung itu tak bertemu pencerahan.

Tulisan yang ku buat ini pun memunculkan pertanyaan itu.

Bukannya sudah terlalu banyak huruf yang kutekan sedari tadi membuatnya tak berhenti, bahkan tombol shift di sebelah kanan keybordpun sudah tak berfungsi dengan baik. Lalu untuk apa keybord ini hidup? Sudahlah aku tak sanggup memikirkan bagian-bagian pertanyaan yang terlontar sedari pagi. Lebih baik aku meyalakan rokok, setidaknya aku tau untuk apa rokok di tanganku hidup, setidaknya hanya untuk menenangkan diriku.

 

 

Penulis Maguwo

Comments

Popular Posts