yang tak kunjung datang

" rasanya capek " 

" Kenapa ya, kok gini " 

Keluh kesahku akan sering kamu dengarkan. Dan kamu akan menanggapinya dengan penuh perhatian. Kamu akan mengatakan kepadaku agar istirahat. Tentu saja aku tau itu, tapi memang yang aku butuhkan adalah tanggapanmu saja. Kadang aku datang dengan diam, kamupun sudah mengetahuinya bahwa diriku sedang dalam keadaan letih saat itu. Lalu kamu memamerkan sebersit senyuman dengan basa - basi yang ajaibnya membuatku hidup kembali. Ternyata yang aku butuhkan hanya kehadiranmu itu. Tanpa kata yang terucapkan dari mulut kita, andai kamu berada di dekatku, maka diriku akan tenang.  

Kadang tiba - tiba kamu ajak aku pergi keluar, melihat - lihat buku di Gramedia Sudirman dan pindah ke toko buku sebelahnya. Haha, kamu tahu itu, aku akan membeli buku di Togamas Kotabaru karena harganya lebih murah ketimbang Gramed. Setelah itu kamu ajak aku pergi untuk mencari bakso yang belum pernah kita makan bersama. Kemanapun, asal tujuannya bakso, kamu tahu aku akan suka karena itu adalah makanan kesukaan ibuku yang diturunkan pada anak laki-lakinya ini. 

Seringkali dirimu bercerita tentang apapun yang tidak ada kaitanya dengan diri kita. Telingaku akan mendengarnya dengan seksama seperti tak mau ketinggalan satu katapun. Lalu aku akan menanggapinya, dan berjam - jam kita berada dalam kekhusyukan bercengkerama dengan cerita - cerita yang kita hadirkan. 

Beberapa kali kita berada di fase sulit yang membuat frustasi. Dan bagaimanapun juga kita bisa menemukan ketenangan dalam keributan suasana itu. Dengan tenang mencari jalan keluar bersama.

Suatu hari diriku berada dalam kehampaan yang luar biasa. ingin bercerita namun tak kutemukan telingamu. Kata - kata yang keluar darimu hanya sebatas imajinasiku saja, aku tak mendengarnya. Tubuh hangatmu entah kemana perginya. Sebersit senyum manis itu, genggaman tangan itu, dekapan menenangkan itu, dan mantra yang keluar dari mulutmu sudah tidak bisa kutemui dan kurasakan. 

Pada akhirnya kamu pergi, Selamanya...