renungan shubuh
" apa tuhan itu ?"
" Dimana Tuhan ? "
Pertanyaan ini beberapa kali muncul dalam bahasan perkopian. Dan biasa juga muncul bagi mereka yang sedang baru-barunya sehabis baca buku tertentu atau baru saja mengikuti kajian kelompok-kelompok tertentu.
Antara bodo amat dan sedih. Jujur saja teman, diriku bodo amat dengan pertanyaan seperti itu atau bahasan semacam itu. Entahlah apa maksudnya pembahasan/pertanyaan itu di keluarkan karena "murni tidak tahu" atau sekedar agar terlihat intelektual atau mengetes teman semeja kopinya. Entah, diriku selalu husnuzhon jika ada teman yang mengangkat hal tersebut, iya kamu tahu seharusya. Namun ada saja fase dimana keadaan diri sendiri mempertanyaka apa yang telah dilakukannya sedari dulu kala. Mulai mengoreksi apa agama yang dianutnya. Namun sayangnya, bukan pembenaran yang ingin didapat dan bukanya semakin bertambah ketaqwaan-nya, namun jatuhnya semakin jauhlah dirimu terhadap hal yang kamu pertanyakan tersebut,. Bagaimana mungkin diriku akan menganggap sesorang yang mengeluarkan hal tersebut memang serius ingin mencari kebenaran kalau pun ibadah yang jelas hukumnya dan seharusnya ia tahu pelaksanaan saja tidak dikerjakannya. Sekali lagi, maaf, hal tersebut hanyalah omong kosong belaka. Itu adalah bahasan satu malam dimeja kopi saja.
Bodo amat teman, aku jujur saja tak tahu harus meladeni hal tersebut dengan cara apa, menjawabnya pun aku tak tahu. Berkali-kali aku yakin bahasan tersebut dilemparkan, dan aku bertanya, bagaimana dengan sembahyang mu ?, Jika itu masih engkau sepelekan, maaf sekali lagi, omong kosong dan terlalu malas diriku meladeninya dan bahkan woi, adakah bahasan yang lebih kongkrit lagi sehingga ada output yang bermanfaat dan dapat kita lakukan bersama?!.
Sedih teman, terlalu mahal waktu dilewati dengan pembahasan tersebut. Jika memang serius ingin mencari jawaban dari hal tersebut, salah jika melemparkannya dimeja kopi dengan orang-orang disitu yang tak ada kapasitas untuk menjawabnya. Terkadang kita malas membahas apapaun didunia ini dengan mencampurkannya dengan agama ( Agama mengekang, tidak bebas), sekalinya membahas hal agama, sepertinya satu malam kita berubah menjadi ahli agama menurut kemauan akal dan ilmu agama terbatas kita yang sedang dan terus berproses ini.
Terlalu sering, terlalu banyak waktu terbuang. Ayolah diriku tidak bisa menjawabnya, perkataan Tuhan saja engkau tak turuti apalagi perkataan orang sepertiku. ampunilah hamba...
Comments
Post a Comment