Ibu tahu, ibu merasakannya
Tengah malam ini ibu bercerita bagaimana masa SMAnya dulu saat mendapatkan tugas untuk berkunjung ke pabrik. Mungkin kita pernah merasakannya di tugaskan untuk melihat dan mencatat pembuatan sesuatu di pabriknya langsung. Ibu cerita, kalau dulu teman-teman mencari tempat untuk kunjungan ke daerah lumayan jauh, entah Wates, Godean, Kalasan, dan lain-lain. Sementara ibu cuma mencari pabrik yang dekat dari rumah, jalan kaki, kata ibu dari rumah menuju pabrik bakpia. Karena memang tujuannya agar bagaimana mencari tempat yang tidak terlalu jauh dari rumah untuk bisa menghemat uang transportasi dan uang jajan tentunya. Setelah itu ibu menceritakan bagaimana waktu itu Bulik Ina berusaha untuk tetap kuliah walaupun pada akhirnya memilih berhenti karena merasa terbebani dengan biaya kuliah yang ada.
Beberapa bahasan kami obrolkan dengan singkat, namun sesingkat itu ibu berhasil membuatku untuk ingat kepada keluarga, bahwasanya keluarga adalah alasan pertama jika kita ingin berjuang dan berkorban.
_________________
Tengah malam anak lelakinya ini baru saja pulang dari tempat biasa. Ibu terbangun dan mengaku sudah tidur dan langsung terjaga ketika aku membuka pintu. Diriku ingin sekali segera tidur untuk mengistirahatkan semuanya, melupakannya. Namun ibu memaksaku untuk makan terlebih dahulu. Mau gimana lagi, memang aku belum makan, dan kusantaplah masakan ibu di kamar. Tiba-tiba ibu datang dan mulailah bercerita.
Haha, ibu seakan tahu apa yang sedang dirasakan anaknya. Berbincang, cukup membuat sulungnya ini merasa baik-baik saja. Apalagi ceritanya membuat diriku tersadar, ya akhirnya logika berhasil memenangkan pertarungan dengan perasaan ini. Ibu membantunya.
Ibu tahu, ibu merasakannya 🖤
Comments
Post a Comment