sudah aku ungkapkan

Rasa yang tumbuh, entah dari mana datangnya. Entah dari pandangan mata, entah telinga yang beberapa kali menemani, entah tubuh yang dekat membuatku hangat dan tersengat, entah kata-kata yang terucap dari mulut lembut itu, atau diam dalam kebersamaan menenangkan. Atau bahkan apapun berkaitan tentang dia. Rasa ini tumbuh...

Aku tak akan mengulanginya, tak akan. Tergesa-gesa dalam menyimpulkan. Dan tak akan terdengar apa yang aku rasakan. Tapi aku yakin rasa ini bisa dirasakan, bahkan olehmu. 

Berdebat berkali-kali. Perang batin terus terjadi diantara hati dan logika. Rasa yang egois terus ingin tumbuh dan mekar berbunga-bunga dan akal yang coba menyadarkan bahkan beberapa kali menampar. Hati tetap keras kepala, rasa ini tetap kekeuh dengan pendiriannya. 

Apakah harus aku ungkapkan?!. Bukankah cukup aku mencintaimu tanpa kamu tahu aku - mengungkapkan - cinta padamu. Antara logika yang masih bisa untuk melawan atau malah hati yang terlihat keras kepala namun nyatanya takut atas kenyataan yang tidak diinginkan. Sudah keras kepala, egois, dan sepertinya memang kamu sengaja membuat diriku penuh dengan rasa yang cuaks tak karuan. 

Aku tumbuh harap karenamu, walaupun layu patah berkali-kali jua. Aku nyaman dengan mu, walaupun gelisah berkali-kali. Aku begitu tertarik atas apapun itu berkaitan tentangmu, walaupun membual berkali-kali. Diriku tenang bersamamu, walaupun membara berkali-kali. 

Semua rasa yang keras kepala dan akal yang mencoba melawan dengan patah semangat. Karena apapun yang akan logika berikan akan dibantah mentah-mentah oleh hati ini. Pada akhirnya aku ungkapkan semuanya. Telingamu tak bisa mendengarnya, karena hatiku memilih mengungkapkannya dalam diam diantara bait kata-kata di secarik kertas. 

Comments

Popular Posts