menepi untuk berteduh
Sepertinya memang sedang musim hujan. Hampir setiap hari hujan turun dengan derasnya. Pun juga siang ini. Saya yang sedang dalam perjalanan memutuskan untuk menepi terlebih dahulu. Gara-gara lupa membawa jas hujan, mencari tempat untuk berteduh.
Saya tidak sendirian, ada beberapa orang yang memutuskan untuk menepi seperti saya. Dan jika memandang agak jauh ketempat samping kanan kiri saya atau kesebrang jalan tentu banyak lagi orang yang sedang menepi untuk berteduh juga. Sial pikirku karena kelupaan membawa jas hujan, padahal biasanya hujan akan turun dengan awetnya. Ngga cuma sebentar.
Sebelah kiri saya, mengeluarkan bungkus rokoknya. Waktu yang tepat menghisap rokok menunggu hujan reda sembari menikmati suasana. Sebelah kanan saya, asyik dengan gawainya. Sepertinya urusan pekerjaan, beberapa kali aku melirik orang itu seperti sedang di buru waktu. Sayangnya dia sama seperti saya, lupa membawa jas hujan. "Kok tahu ?"
Jelas, kami lalu memulai basa-basi sebagai sesama mahkluk sosial.
Sebelah kanan saya yang tadinya asyik dengan gawainya mulai menyembunyikannya. Kami mencoba berbincang untuk memecah suasana canggung diantara kami. Seorang pria berusia sekitar 30an, yang sedang ditunggu deadline di tempat kerjaan. Kasian, pria itu seharusnya sudah sampai di tempat kerja, namun karena keadaan dia dipaksa untuk berhenti terlebih dahulu. Yah bagaimana lagi, sudah tidak membawa jas hujan, dan tentunya kita tidak bisa mengatur hujan ini. Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kita jangkau, diluar jangkauan kita. Kita hanya bisa menjalaninya saja.
Sementara sebelah kiri saya masih asyik bercumbu dengan rokoknya yang entah batang keberapa sudah dihabiskan. Seorang mahasiswa yang senasib melupakan jas hujannya. Tujuannya ke kos, sebenarnya bisa aja trabas menembus hujan tapi dia membawa tas tanpa cover bag yang berisikan laptop. Na'as. Karena saya seumurannya, saya tahu apa yang dia rasakan. Gregetan pengen banget trabas balik kos, lalu mandi dan rebahan atau main-main gadgetnya.
Sementara itu kami yang menepi disini hanya bisa memandang mereka yang terus lalu lalang meneruskan perjalanannya. Saya akui mereka lebih siap untuk menerjang hujan dengan jas hujannya ataupun dengan mobilnya. Ngga, saya bukannya membanding-bandingkan. Saya yakin tiap kita diberikan porsi masing-masing yang berbeda-beda. Lupa juga manusiawi kan ya. Dan mereka yang memilih berteduh daripada melanjutkan perjalanan padahal membawa jas hujan tentu lebih asyik lagi kita cari tahu alasannya. Tapi sudahlah, ngga mungkin saya akan menanyakan mereka satu-persatu. Mungkin saja sengaja menepi untuk mencari alasan agar bisa lebih lama berduaan dengan pasangannya atau bisa saja memilih berteduh untuk sejenak merayakan kenangan dengannya waktu hujan dulu. Mungkin...
Lalu tiba-tiba pria disebelah kanan saya memutuskan untuk menerjang hujan ini. Alasannya terlalu lama disini lebih baik basah kuyup sampai kantor dan ganti dengan seragam yang ada di sana. Ya, pilihan. Setiap pilihan pasti ada resikonya. Yang penting kita sudah memilih dan tahu segala apa yang terjadi jika pilihan itu kita ambil. Sementara pria itu sudah terlihat basah walaupun baru memasuki jalannya, seorang mahasiswa tadi semakin gregetan ingin menerjang hujan. Tapi tetap tidak bisa, resikonya terlalu besar. Haha.
Kami berdua berjam-jam menunggu hujan yang mulai reda. Banyak yang kami bicarakan, tentang perjalanan kita masing-masing. Rintik hujan masih ada, tapi jiwa muda ini menantang kami untuk menerjang hujan rintik ini. Waktu menepi sudah selesai. Pada akhirnya saya melanjutkan perjalanan kembali.
Comments
Post a Comment