24
24 tahun
Begitu cepatnya, tak terasa. Seperti baru saja kemarin lulus SD, kemudian memberanikan diri untuk pergi naik motor ke gunung purba nglanggeran. Atau baru saja kemarin rasanya menggunakan sepeda setiap harinya untuk pulang pergi ke madrasah Tsanawiyah tengah sawah itu. Atau baru kemarin saja menuju pusat kota untuk bertemu dengan kawan-kawan STM setiap harinya. Dan sekarang masih menjadi mahasiswa dengan titel "veteran". Astagfirullah, ya begitulah. Mau tidak mau momentum kontemplasi kali ini akan banyak membahas bagaimana mahasiswa veteran ini belum menyelesaikan kewajibannya.
Malu jika kalian tahu tulisanku sebelum-sebelumnya yang seakan-akan memberi notif bahwa saya akan segera menyelesaikan studi ku ini. Nyatanya itu belum terealisasi juga sampai setengah tahun ini berjalan. Sederhana, di usiaku yang menginjakkan 24 tahun ini, kalian bisa memandang bagaimana diriku dari studiku ini. Memang tidak adil, dan tentu tidak bisa menggambarkan keseluruhannya, namun cukup untuk memberi jawaban bahwa laki-laki ini masih berada di fase labilnya. Ya begitulah adanya.
Satu sisi, saya malah menyibukkan diri dengan sesuatu yang seharusnya tidak saya ambil. Sudah tahu tidak bisa menagi waktu dengan baik, sudah tahu tidak bisa mengerjakan sesuatu berbarengan dengan lainnya. Lagi-lagi menyesal, kemudian berusaha untuk mencari solusinya(sedang saya kerjakan). Dan maaf jika ada urusan yang akan saya hiraukan, urusan yang akan saya sisihkan, urusan yang bahkan saya anggap selesai secara sepihak. Itu pilihan saya. Walaupun apapun itu saya harap kalian akan mengerti. Dan cepat atau lambat semoga kita aka bersua kembali. Berdoa saja semoga jalan yang aku pilih bisa satu jalan dengan kalian, atau minimal mempunyai tujuan yang sama.
24 tahun, terimakasih. Tentu selain evaluasi banyak hal yang tidak bisa saya tumpahkan di sini, ada rasa terimakasih yang layak untuk saya curahkan semuanya dalam tulisan edisi khusus ini.
Kepada kedua orangtuaku, terutama ibu yang masih kuat menjadi penopang dalam keluarga Cemara ini. Kepada adik saya yang maaf sekali kakaknya belum bisa menggantikan posisi bapaknya. Dan tentu bapak sendiri, terimakasih.
Kepada keluarga saya dari sisi bapak ataupun ibu yang tidak semuanya sesuai dengan apa yang saya harapkan, semoga menjadi pelajaran dan menguatkan saya. Sisi baiknya akan selalu aku syukuri dan akan saya jaga hingga nanti, hingga generasi ke generasi berikutnya.
Kepada teman-teman saya. Teman-teman yang silih berganti mengisi kesunyian hidupku ini. Terimakasih untuk kenangan yang telah diberikan, dan lebih dari itu untuk kalian yang masih bertahan hingga nanti di mana kalian berada disekitar liang peristirahatanku mengenang kehidupan bersama dan menemaniku dengan doa dari hati kalian. Terimakasih, akan saya ingat wajah dan nama kalian, semoga teriring doa tulus kepada orang tua, keluarga, sahabat, teman agar diberikan kesehatan, kemudahan, dan diberikan kekuatan keberuntungan di dunia dan di akhirat.
Kepada mereka yang telah mendahului, yang masih terhubung dalam kesunyian abadi ini. Doa yang kalian panjatkan dulu dan yang masih saya panjatkan hingga sekarang. Semoga menjadi ikatan yang tak pernah putus hingga roh ini menemukan kalian semuanya di sisi-Nya. Amin.
24 tahun. Memang untuk hal ini saya tak akan terburu-buru. Kalian tahu nyatanya memang saya belum siap secepat itu. Dan yang pasti sebelum usia 29, insyaalloh saya menemukanmu.
Ada satu lagi, jangan sampai putus silahturahmi seburuk apapun saya dan kalian pernah berselisih. Semoga akan selalu ada ruang untuk maaf.
24 tahun. Saya belum menjadi apa-apa. Namun izinkan saya menjadi alasan sederhana yang membuat kalian bahagia.
Yogyakarta, 13 Juni 2023.
Comments
Post a Comment