Pelan-pelan diupayakan untuk direalisasikan
Saya ingat pernah menuliskan alasan untuk ikut komunitas suporter di Sleman ini. Sayang malah belum ketemu sampai tulisan ini ketik. Semoga ndang ketemu dan saya taruh disini linknya.
Keinginan masuk komunitas tentu tidak hanya perkara tiket, karena jelas secara pribadi saya prefer beli tiket, duduk manis nonton bola. Tapi ada hal lainnya, ingin lebih bisa ikut andil dalam hal pergerakan apapun di kabupaten Sleman ini, khususnya dalam lingkungan sepakbola. Lebih detail lagi adalah keresahan tentang mushola lorong saat itu yang rasanya jauh dari kata layak. Saya lebih suka menyebutnya dengan bilik sholat. Ruangan sepetak, yang hanya bisa diisi dua shaff saja, imam dan satu baris makmum yang berdempetan. Jangan tanya bagaimana effort mereka yang ingin sholat. Dengan kondisi seperti itu mereka layak diapresiasi tetap menjalankan kewajibannya sebagai muslim.
Kemudian karena hal itulah niat masuk komunikasi suporter bola benar-benar kuat. Gagal masuk CampusBoys, kodarullah saya masuk Santri Boys. Menurut saya itu malah agaknya tepat dengan landasan saya bergerak. Teologi. Eh apa kalian masih ingat username Twitter saya dulu ?, betul saat itu saya beri nama calon bupati, anak muda yang hobi mengomentari segala hal terlebih tentang kebijakan pemerintahan pernah membranding dirinya menjadi calon bupati "Sleman". Iklan lewat...
Lanjut lagi, setelah beberapa tahun berkomunitas dengan segala dinamikanya. Bersama teman-teman niat awal untuk memberikan sentuhan kepada bilik ini dimulai juga. Sederhana, dengan memberikan sandal wudhu yang terasa urgent. Kenapa, karena dalam situasi match day seperti itu, kondisi "suci" sangat-sangat tidak bisa diharapkan. Tidak ada area khusus untuk berwudhu. Semua bercampur dan lebih tepatnya kemproh, reget, kotor.
Sebelum dan sesudah renovasi
Bilik cinta dari hamba kepada-Nya sudah ada sejak stadion Maguwoharjo berdiri. Setiap lorong ada. Dengan berbentuk petak cukup untuk dua shaff termasuk imam. Oke tidak apa-apa, syukur masih ada tempat buat saudara kita penggemar PSS untuk meluangkan waktunya sembahyang sholat. Namun berjalannya waktu, setiap orang yang mempunyai hati dan peka terhadap sekitarnya pasti akan merasa resah melihat keadaan tempat sholat seperti itu, ngga layak. Dengan karpet ala kadarnya, tidak ada sarung - mukena, apalagi yang paling penting yaitu ruang bersih untuk berwudhu. Perlu diketahui, di lorong tribun selatan sekalipun sebagai tribun suporter yang aroma alkohol begitu kuat realitasnya ada dan bisa dibilang nyenengke kok teman-teman kita yang tetap berusaha menjalankan kewajibannya. Tapi sayangnya usaha teman-teman itu tidak dibarengi dengan keseriusan UPT untuk minimal memberikan fasilitas dan rasa nyaman bagi mereka yang langganan untuk keluar uang membeli tiket ini.
Beberapa match sebelum berpindah ke Solo, obrolan untuk mulai memberiku sentuhan kepada bilik sholat ini mulai kencang di lingkaran kecil komunitas. Satu hal, jumlah teman-teman yang berupaya untuk sholat itu menggerakkan kami untuk segera bergerak mengusahakan sesuatu agar beribadah menjadi lebih nyaman. Baik, break lama karena stadion di renovasi memberikan secercah harapan. "Semoga bilik ini terkena Rab juga", harap kami.
Terlebih Manahan membuat kita PSS fans shock, karena stadion kebanggaan Solo ini jauh diatas kandang kita di Sleman. Dari segi kenyamanan, kelayakan, keamanan Maguwoharjo harus belajar banyak. Lalu bagaimana dengan tempat sholat di Manahan?, tentu saja jauh lebih layak dan nyaman. Beberapa lorong tribun disana disediakan space, tidak hanya bilik, untuk menjalankan sholat. Mereka benar-benar memanfaatkan space-space kosong untuk digelari karpet maupun tikar, bahkan disisi lorong lainnya disediakan skat yang berukuran 3x lipat bilik sholat di stadion Maguwoharjo. Tempat wudhu?, ada. Disediakan space kran di toilet, kurang maksimal mungkin, tapi itu lebih dari cukup. Satu hal mungkin, tidak ada sandal untuk wudhu, itu saja.
Match Pertama setelah "mengungsi" ke Manahan menjadi moment untuk melihat bagaimana stadion kami ini benar-benar direnovasi, tidak hanya ganti singgle sit. Walaupun sama-sama kita ketahui bersama, berjalannya proyek renovasi penuh dengan ketidak becusan kontraktor dalam pekerjaan. And than... yak sebuah bilik sholat tidak ada alasnya.
Bilik sholat harus nyaman, itu wajib.
Setelah kenyataan bahwa stadion "baru" kami ini masih banyak cacat di sana-sini dan entah siapa yang bertanggungjawab, bagaimanapun kami tetap berusaha untuk memberikan sentuhan yang bisa diberikan kepada rumah bersama ini. Mulai dari tempat sholat, yang menjadi bare minimum fasilitas umum. Tentu agak kecewa ketika niat memberikan "rasa aman" dalam bersuci dengan sandal wudhu eh malah alas sholatnya ngga ada. Ya pie, ya gapapa.
JIKA CHANTS ADALAH DOA MAKA CHANTS KITA MULAI DARI SINI (BILIK SHOLAT).
Dengan keyakinan itu, maka semua pihak harus sadar bahwa fasilitas penunjang dasar ini harus ada dengan baik. Harapan kami, UPT stadion dan panpel memberikan fasilitas yang layak bagi kami yang membeli tiket ini. Untuk bilik sholat, semoga disediakan alas sholat, karpet atau tiket tidak apa-apa, tidak harus sajadah. Sarung dan mukena kalaupun perlu. Sandal dan tempat wudhu yang proper juga harus difikirkan. Tersisa dua kali pertandingan musim ini, bagaimanapun kami akan melihat UPT mengelola stadion ini, musim depan semoga hal-hal sepele terkait fasilitas stadion tidak hanya tempat sholat, tapi semua lini sudah tidak ada permasalahan lagi.
Panjang Umur untuk rumah kita bersama. Stadion Maguwoharjo!
Comments
Post a Comment