Merapi Merbabu dan jembatan Janti
Pagi ini seperti biasa, menjadi ojek pribadi mengantarkan adik pergi sekolah. Sekolah adiku terletak di banguntapan, Bantul, tepatnya tak jauh dari ringroad timur sebelum perempatan ringroad Wonosari. Sama denganku, adikku pun juga sering kali terlambat untuk datang ke sekolah. Namun hari ini sekolahnya tiada pelajaran, adiku dan teman - temannya akan pergi outbond kedaerah Kaliurang sana, dibawah gunung Merapi, wuw.
Bicara gunung Merapi, setiap sehabis mengantar adik sekolah, jika langit menampakan cerahnya maka akan terlihat di sebelah utara, pemandangan dua gunung kembar yaitu Merapi dan Merbabu. Dua gunung ini cukup membuat perjalanan dijalan menjadi menarik nan menyenangkan. Apalagi jika sampai di jembatan Janti, disini adalah tempat VVIP untuk memandang dua gunung ini.
Di jembatan Janti, gagahnya gunung Merapi seakan melambai - lambai merayuku untuk menjamahinya. Akhhhh, gunung terdekat namun belum sekalipun kaki ini menapakinya. Merapi masih terlarang untuk didaki, sudah tiga tahun lebih ia tak dijamahi oleh para pendaki. Disebelahnya, Merbabu pun malu-malu mengintip. Walaupun begitu, ia tak kalah gagahnya meski sebagian tubuhnya tertutup oleh gagahnya Merapi.
Untuk Merbabu sendiri, Alhamdulillah sudah dua kali aku diberi kesempatan menjelajahinya. Satu kali dengan pendakian "sempurna" cuaca cerah, sunrise dan puncak. Pendakian kedua badai memaksaku hanya sampai pos dua saja. Haha, pengalaman yang luar biasa. Ada satu gunung lagi yang akan terlihat dari jembatan Janti ini. Jika tengok agak sebelah barat , maka disana juga ada gunung Sindoro atau Sumbing, jujur aku tak tahu pasti.
Yah, paling tidak setiap pagiku dalam mengawali hari bisa melihat pemandangan yang indah ini adalah sebuah rasa syukur tersendiri. Terkadang mulutku ini tak bisa menahan diri untuk kagum dan sedikit teriak memandang lukisan Tuhan ini, "woooooowww".
Dalam hati berdecak kagum dan membisikan sebuah pesan yang tak bosannya untuk ku ulang-ulang setiap Merapi menampakan dirinya.
" Semoga diriku dapat berjabat tangan denganmu, dan tentu bersilaturahmi dipuncakmu. Aku menunggu, pasti akan kutunggu, semasih tekad masih bisa aku gaungkan, maka selama apapun diriku akan menunggu untuk menjamahimu. Namun jika kesempatan itu tak kunjung datang, hingga waktu memisahkan, satu permohonan ku. Merapi, tetaplah tenang, gagahmu sangat dikagumi kami dibawah sini, itu sudah cukup memperlihatkan kegagahanmu, tak harus engkau mencari perhatian kami yang membuat kami takut dibawah sini. Tapi, jika memang dirimu terusik disana, kami tak bisa menghalangimu. Tunjukanlah dan semoga kami dapat memahami pesanmu itu".
Comments
Post a Comment