ibu dan saudari kandungnya
Foto diatas ini sangat memikat perhatian saya. Ada ibu saya yang masih bayi sedang dipangku, kemudian dua kakak perempuan (bude saya) di sampingnya dan tentunya kedua orangtua ibu saya yang sekaligus adalah simbah saya.
•••
Kalian percaya bahwa setiap manusia mempunyai alasan yang membuat mereka melakukan sesuatu. Seperti membuat seseorang bahagia atau bangga dengan apa yang dilakukan-dicapainnya. Jangan salah sangka, kebahagiaan seseorang itulah keinginannya dan ketika seseorang itu bahagia karena dirinya, itu menjadi alasan ia bahagia juga. Namun bagaimana jika alasan yang mendorong ia untuk melakukan mencapai sesuatu itu tiba-tiba menghilang ?
Saya ingin bercerita kepada kalian. Dalam hidup saya ada orang-orang yang sangat melekat dalam memori kenangan dari waktu kecil hingga saat ini. Entah karena kedekatan secara personal atau kesan yang muncul dalam lapisan-lapisan pertemuan. Dalam hal ini, ketiga saudari kandung ibu saya yaitu dua kakaknya dan satu adiknya. Dari ketiganya masing-masing mempunyai kenangan dan kesan yang mendalam dalam diri saya.
Perhatian mereka kepada keponakannya ini sangat terlambat aku sadari. Sepenuhnya bukan kesalahan saya, bagaimana mungkin seorang remaja memikirkan hal itu secara sadar. Utang rasa, itulah yang dirasakan dimulai ketika mereka bertiga pergi meninggalkan ibu saya sendiri untuk selamanya.
Saudari tertua, perempuan ini paling banyak memenuhi masa kecil saya. Bagaimana tidak, hampir setiap minggunya saya diajak untuk berkunjung ke rumah bude tertua ini. Bude adalah perempuan mandiri, bekerja sebagai asn membuat rumahnya dipenuhi jajanan yang tentu saya sukai. Selalu ada saja jajanan yang membuat saya betah di rumahnya. Tidak hanya itu, saya hafal juga sore hari akan ada seorang ibu penjual sate yang berkeliling dengan jalan kaki. Ibu ini bahkan hingga saya tumbuh dewasa masih mengenali ketika kami bersua. Lalu setelah Maghrib tiba akan ada suara nyaring antara sendok yang di benturkan dengan mangkok, tukang bakso lewat dengan gerobaknya. Ketahuilah lidah saya sudah sering sekali mengecap dua jenis makanan tersebut.
Kenangan jalan-jalan keluar dengannya, yang masih saya ingat tentu mobil Toyota lawas itu, yang telinga saya selalu mendengar Duta bernyanyi. Hhaa, faktanya itu yang membuat saya familiar dengan band itu, lagu SO7 selalu diputar di mobil. Sahabat, kita, dan, anugerah terindah, tunjuklah satu bintang, lagu familiar dan mainstream sekali bukan. Sesekali Peterpan sebagai selingan. Kenangan horor saat bepergian ke gunung kidul. Tidak ada angin tidak ada hujan mengajak kami menuju Parangtritis. Dan wedang ronde langganan di dekat masjid gede dengan Simbah yang sensi sekali dalam berjualan. Apapun itu, beliau mengajarkan arti bersilahturahmi ke sanak saudara. Mengenalkan saya kepada saudara lainnya, sesepuh, dan leluhurnya. Beberapa kali berziarah kemakam dan menceritakan apa yang perlu di bagikan kepada keponakannya ini.
" Simbah dulu bilang San, kegiatan trah harus terus berjalan walaupun cuma bude sama ibumu yang hadir ".
Masa setelah diriku menginjak remaja dimasa STM hingga perkuliahan adalah masa dimana banyak penyesalan yang belum bisa saya bagikan disini bude. Maafkan...
•••••
Comments
Post a Comment