25
" target nikah umur 25, sunnah nabi gitu ". kalimat asal yang pernah saya katakan beberapa kali dahulu saat duduk dibangku sekolah. Dan hari ini tepatlah saya menginjakan usia tersebut. Masih belum lulus kuliah, hebat bukan.
Selain masih menjadi laki-laki yang red flag, laki - laki ini syukur masih menyibukan diri dengan kegiatan-kegiatan yang bisa dianggap bermanfaat. Dari masjid, kampung, keluarga, bahkan dunia suporter bola. Saya berfikir edisi 25 ini akan menulis tentang hal-hal yang baik-baik saja. sembari memotivasi diri sendiri untuk terus bermanfaat bagi sesama dan tentu agar manusia ini tidak merasa gagal terus dalam hidupnya. sebelumnya mari tertawa dengan realita yang ada, hahaha.
1. Menyibukan Dengan Kegiatan Keagamaan
salah satu yang saya sadari, ternyata asyik mengikuti kegiatan organisasi dengan latar belakang keagaamaan. di kampus, dikampung, di kecamatan, dan di dunia suporter bola. Anggap saja riya, walaupun akhirnya saya juga beru tersadar bahwa beberapa komunitas yang saya ikuti ternyata mempunyai latar belakang yang sama. Sebagai seorang anak muda, mencari jatidiri, kemudian meluapkan segala energi, pikiran, tenaga, untuk disalurkan, berbagai komunitas ini adalah sarana atau wadah yang berguna untuk itu. Bersyukur juga ya, diri ini memilih wadah dengan latar belakang tersebut. "Apakah tidak terlalu banyak ?", realitanya iya. Membagi waktunya memang tidak mudah. Apalagi saya yang jelek soal management waktu ini. Alhasil, wadah saya di Kecamatan terpaksa saya sisihkan. Saya benar-benar jarang aktif disana. Kemudian sangat total di wadah kampus, dan kemudian kampung yang memang seharusnya diberikan perhatian lebih, lalu wadah di dunia supporter bola yang sebagian besar anggotanya adalah santri yang sedikit-demi sedikit saya mulai sisihkan, mau bagaimana lagi.
Untuk sekarang, sedang aktif membangun wadah yang dikampung. Wadah ini saya anggap sebagai warisan turun temurun yang harus dijaga dan dirawat. Bagaimanapun juga, wadah ini berada dimana saya tinggal. Di lingkungan paling dekat. Sudah seharusnya lingkungan yang dekat ini harus di jaga.
Untuk wadah yang sering saya mengakui bahwa saya terlanjur dalam, yaitu di kampus tentu disana dibatasi dengan waktu. Setiap masa ada orangnya. Tetap saja tiap orang ada masanya, dimana masa dia merawat langsung dari dekat, ada masa dia ikut merawat dari kejauhan.
Di wadah suporter bola, ehm ini rumit. Tujuan saya dahulu untuk ikut komunitas ini adalah sarana saya untuk "berkomunitas", kemudian menyalurkan value yang diyakini. Pikirnya dahulu "banyak ide, tapi kalau ngga ikut komunitas bagaimana ide itu disalurkan ya". Alhasil masuklah saya di komunitas suporter bola dengan latar belakang santri ini. Walaupun kalau diingat lagi, ah janganlah. Jangan menyesali keputusan yang telah dipilih.
2. Menyibukkan dengan kegiatan sosial
Tidak ada bedanya dengan tulisan diatas. Sama-sama kegiatan sosial hanya saja saya ingin menyadarkan diri saya sendiri bahwa lho ternyata wadah yang saya ikuti ini mempunyai latar belakang yang sama.
Sebagai anak muda, bisa dikatakan energi sosial saya sangat tinggi. Bukan tipe manusia introvert tentunya. Saya sadar, ketika berkegiatan sosial ada rasa puas dalam diri (batin) bisa ikut serta. Entah itu dengan tenaga, pikiran, atau materi. Kalian tahu kan, salah satu ciri kita menyukai sesuatu hal adalah ketika kita lelah, tapi kita tetep seneng menjalaninya. Dan tentu ini bukan dan tidak bisa diukur dengan untung dan rugi. Sulit sekali menjelaskan ini kepada orang dengan kacamata untung rugi dalam setiap hidupnya. Ya maaf.
Dan agama saya tentu adalah landasan utama untuk melakukan kegiatan sosial itu. Mbah Dahlan sudah memberi contoh nyata, berawal dari ngaji Al Maun berjilid-jilid kemudian mengamalkannya hingga wadah yang ia buat tumbuh besar dan bermanfaat sampai sekarang. Mbah Dahlan, kulo nunut sampean...
3. Sudah itu aja, agak gimana gitu menuliskan hal-hal tentang diri kita sendiri.
Itu saja ya sebagai bahan rasa syukur di usia menuju matang ini. Sudah baik, tapi jangan cepat puas. Ingat wali kelas waktu saya duduk di kelas 4 SD sudah bisa membaca kalau anak ini gampang puas. Mari terus bertumbuh untuk melakukan kebaikan dan perbaikan.
Ada yang bilang, selesaikan urusan rumahmu dahulu sebelum menyelesaikan urusan bersama di luar sana. Tapi bisa kok semua itu diselesaikan bersama-sama. Yang terpenting tetaplah berusaha. Minimal hidup cukup dan tidak merepotkan orang lain.
Bermanfaat terus di manapun berada. Banyak harap yang masih belum diselesaikan. Banyak makna, rasa, dan asa yang harus terus menerus dirawat.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
" Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain." (HR Ath-Thabari)
13 Juni 2024
Comments
Post a Comment