Halo Juni
Juni, bulan yang mempunyai tempat tersendiri bagi saya. Karena Juni menjadi Bulan kelahiran saya tentunya. Waktu yang tepat untuk berkontemplasi diri, mawas diri mengevaluasi berbagai aspek kehidupan. Bulan bahagia dan hangat, bukan begitu pak Sapardi ?.
Tepat seminggu sudah Juni berjalan, hari ini Hari Raya Idul Adha kami rayakan dengan suka cita. Niatnya saya ingin menulis #marikitamaknai edisi idul adha, namun kepala masih nut nut haha, entah efek daging atau lelah setelah seharian mengikuti acara tahunan sembelih qurban di kampung. Alhasil tulisan ini saya buat untuk menyambut Bulan Gemini, wow. "percaya zodiak ?" Tidak.
Kehidupunk yang sangat jauh dari capaian hidup ini memang sangat miris. Namun bagaimanapun juga hidup terus berjalan, dan bergerak adalah yang harus terus dilakukan. Selain berkontemplasi diri, beriringan dengan itu saya juga harus memberikan ruang hangat bagi saya sendiri. Mensyukuri segala nikmat yang diberikan-Nya. Seperti melakukan hal sederhana yang saya ingin lakukan, rutinitas rutinitas yang menjadi ritual. Terkesan "flat" tapi itulah hidup, menjalani peran setiap waktu yang masih ada.
Satu hal lagi, saya sekarang lebih aware untuk merawat hubungan dengan orang - orang yang saya rasa dekat dengan saya. Merawat dengan lebih sering berkomunikasi dengan mereka. Saya yakin mereka bukan kebetulan didatangkan untuk saya, maka saya harus menghargai mereka dengan sebisa dan semaksimal mungkin. Merawat hubungan dengan mereka juga menjadi cara saya berterimakasih. Manusia ini masih saja emosional, ada saja cara untuk memaknai suatu hal. Ada saja.
Tidak ada yang kebetulan. Setiap pertemuan layaknya disadari dan dirayakan, terlebih dengan mereka yang masih ada hingga sekarang. Merawat yang ada. Memaknai yang ada. Menghargai yang ada. Mencintai yang ada.
Juni Pak Sapardi. Bulan penuh cinta kasih bukan?. Karenamu Bulan kelahiranku menjadi lebih spesial ditemani puisi - puisimu itu:
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu.
Comments
Post a Comment