Merawat yang ada

Setelah edisi "mari memaknai" yang muncul Juni lalu, bulan Juli ini tagline atau tajuk atau apapun cara penyebutannya, yang muncul adalah sebuah kata "merawat yang ada". 

"Mari memaknai" tetap menjadi landasan yang kemudian dilanjutkan dengan "merawat yang ada". Dalam hal ini memaknai sesuatu yang ada di hidup kita saat ini, bisa benda dan lebih spesifik hubungan antar manusia. Yang ada, yang kita punya. 

Bukan seberapa banyak tapi seberapa dalam. 

Tidak ada batasan untuk berteman dengan siapa saja. Berteman itu baik, menjalin silahturahmi itu tidak ada ruginya. Ada buruknya juga dinamika dalam kehidupan, manusia yang tidak sempurna. Lebih banyak baiknya. Namun kali ini yang saya maksud adalah orang-orang yang masih menjalani ikatan silahturahmi hingga sekarang. Sebanyak teman satu angkatan, satu kelas, mungkin hanya hitungan jari yang masih berkomunikasi secara intens. Tidak hanya say hello saja, tapi memang menjalin komunikasi dengan baik. Berbagi kabar, berbagi update kehidupan masing-masing. Menjadi teman bercerita walaupun sudah tidak beriringan jalan. Namun sesekali mengupayakan untuk "hadir", sekedar basa-basi mengomentari status sosmed, atau meminta waktu untuk membahas sesuatu, bercerita di kolom chat bahkan terhubung via Telfun atau video call. Lebih ekstrim lagi yang jarang sekali berkomunikasi namun saling memantau satu sama lainnya. Karena kita dalam radar yang sama. Itu kating saya yang bilang. Saya mengiyakan kalimat itu. Karena kadang kesibukan masing-masing membuat kita jarang-sungkan untuk saling berkomunikasi, namun kita tetap memperhatikan satu sama lainnya lewat sosial media, curi-curi informasi dari kawan lainnya. Bingung ya?, nyatanya ada yang seperti itu. Sekalinya berkomunikasi bisa ngobrol a-z lama sekali. 

Dari setiap manusia itu, menghargai kehadirannya, menyadari bahwa tidak ada yang kebetulan kita saling mengenal satu sama lainya. Maka juga bentuk mensyukuri karunia-Nya, merawat mereka harus dilakukan. Banyak cara untuk merawat hubungan diantara kita. Dari sekian banyak cara untuk merawat, salah satu cara (minimal) adalah dengan saling mendoakan satu sama lainnya. Mudah, terkesan sepele, tapi sangat berarti. Mengingat namanya dan mendoakannya. 

Merawat yang ada juga cara kita untuk berterimakasih karena orang-orang itu masih menjaga silahturahmi diantara kita. Jika ada dan mungkin juga mengupayakan untuk meluangkan waktu; untuk berkomunikasi; untuk bersua. Seringkali tidak disadari, "kehadiran" orang-orang itulah yang menolong kita dalam menjalani fase kehidupan. Kehadiran mereka kita butuhkan. Jarak bukan lagi penghalang untuk saling hadir satu sama lainnya. Sekali lagi, Kehadiran bisa dilakukan dengan banyak cara dan bisa kita rasakan. Benar, kehadiran seseorang bisa kita rasakan. 

- pernahkan berkumpul bersama orang-orang dan merasakan hampa/kosong?, ya karena tubuhmu saja yang ada disitu tapi pikiran dan hatimu tidak berada pada disitu. dirimu tidak hadir. Satu sisi, kita pernah sendirian dalam sebuah kerumunan tapi kita merasakan kehadiran seseorang itu. Pernah ga? Sadar ga? - 

Bukan berarti juga menyepelakan orang (baru) lainnya ya. Atau siapapun yang akan menjadi orang-orang dekat kita juga waktu yang akan menjawab. Yang saya rawat sekarang adalah orang-orang yang sudah teruji oleh waktu, yang sebagian banyak borok kehidupan saya juga mereka mengetahuinya. Dan mereka tetap ada. Maka saya rawat yang ada. 


Matur nuwun. Sehat

 sehat. 



Comments

Popular Posts