mencintai dikala senja


Pagi ini mengunjungi salah satu Simbah di Semin. Kata Bulik, Simbah biasa berjemur sinar matahari dipagi hari. Setelah ke pasar, cobalah saya menuju kerumah Simbah yang  berada didepan Polsek semin. Benar saja, terlihat Simbah Kakung sedang berjemur di teras rumah sembari melihat kendaraan yang lalu lalang. Kuparkirkan motor, dan mengucapkan salam, Simbah Kakung menyambut dengan hangat dari kursi rodanya. Terlihat dari kejauhan Simbah uti sedang beraktivitas dibelakang, tak sengaja mataku melihat dari balik pagar garasi. Walau parno, kusalami Simbah Kakung. Aku duduk di kursi lincak di sebelahnya. Simbah Kakung sudah tidak bisa berjalan seperti biasanya. Kakung hanya tiduran atau menggunakan kursi rodanya jika ingin pergi kemanapun. Pun dengan kursi roda itu Simbah Kakung tidak bisa menggunakannya sendiri, masih harus terus didorong. 

Simbah uti kemudian menyusul kedepan dan duduk di kursi diantara aku dan Simbah Kakung. Berbincanglah aku dengan uti, sebelumnya dua hari lalupun baru saja dari sini juga tapi bersama keluarga yang lain. Dan pagi ini aku sendiri, me timelah aku sama Simbah. Obrolanku dengan uti dimulai dengan menceritakan kondisi masing-masing keluarga. Maklum sudah lama Simbah tidak bertemu keluarga dari Jogja, khususnya dari Babarsari. Pun sama halnya denganku, beberapa kali kesini belum sempat berbincang panjang dengan Simbah, hanya sebatas say hello saja. 

Simbah uti usianya sekitar 70an. Oh ya penyebab Kakung berada di kursi roda dikarenakan penyakit yang dideritanya. Kakung terkena stroke, kata uti dulu awalnya Simbah sakit stroke saat pergi berladang. Saat diladang Kakung jatuh, namun masih bisa berdiri kembali dan berusaha untuk pulang dengan mendorong motor. Namun beberapa kali di jalan pulang, Kakung jatuh. Karena sempoyongan menuntun motor, beberapa tetangga berusaha menolong. Namun Simbah menolak karena masih merasa mampu walaupun akhirnya Simbah mau ditolong juga. Dituntunlah Kakung pulang kerumah. 
" Kurang minum air putih waktu itu ", tambah Simbah uti bercerita. 

Karena itulah, segala aktivitas Simbah Kakung terhenti. Berladang dan beternak juga terhenti. Simbah uti tidak melanjutkan aktivitas yang dilakukan Kakung, uti lebih memilih untuk menjaga Kakung dirumah. 
Sembari bercerita, sesekali uti dengan penuh perhatiannya melayani Kakung. Memindahkan kursi roda menuju tempat yang masih terkena sinar matahari, menyuapinya, membersihkan bekas makan dimulutnya dan hal lainnya. Terlihat dengan sabar uti terus memperhatikan Kakung hingga sekarang. Bukti bahwa cinta mereka masih subur walau raga sudah mulai layu.

Terpikir olehku, apakah pasangan tua ini juga sering mengungkapkan kata cinta antara satu sama lainnya?, Ah sepertinya tidak. Namun aku yakin walau tidak ada kata cinta diantara mereka berdua, namun mereka saling mencintai. 

" Mencintai adalah ketika cinta itu diterapkan menjadi perilaku yang menyenangkan orang yang di cintai ". -Mbah Nun

Uti yang dengan sabar dan uletnya terus memperhatikan dan melayani Kakung menjadi bukti bahwa mereka masih saling mencintai dikala senja. Semoga sehat dan bahagia selalu. Panjang umur simbah. Insyaalloh, Alloh meridhoi
Amin... 



Semin
7 September 2020


Comments

Post a Comment

Popular Posts