ramadhan dan ibu

" mas bangun, udah saur ", ucap Ibu, beberapa kali mencoba membangunkan ku. Dari mulai jam 3 ibu terus mencoba membangunkan ku untuk saur. Beberapa kali aku terbangun namun kembali tidur. Bukan ibu namanya jika menyerah dalam melakukan usahanya. Ibu, di bulan ramadhan ini, ia sangat super sibuk menghidupkan dapur rumah, mengurus keluarga dan tentunya menjalankan ibadah juga. 

Ibu biasa bangun jam 2 dini hari disaat bapak, adik dan aku masih terlelap tidur. Alhamdulillah-nya adiku perempuan sudah tumbuh besar sekarang, jadi bisa membantu ibu dalam mempersiapkan kebutuhan dapur dibulan Ramadhan ini. Bayangkan saja, saat adiku masih belum bisa ikut membantu ibu di dapur. Ibu bangun sendiri, meracik bumbu sendiri, memaksak sendiri, dan itu dibarengi sambil berusaha membangunkan bapak, aku dan adiku. 

Saat menyiapkan buka pun juga, ibu tetap menjadi otak dalam menghidupkan dapur. Jika bapak adalah kepala keluarga, ibu adalah teknisi mesin yang setiap hari merawat mesin keluarga agar tetap hidup seperti biasanya. "Ibu rumah tangga" menurutku pekerjaan yang sangat menguras tenaga dan sangat komplek sekali. Hanya ibu yang bisa melakukanya. 

Walaupun super sibuk dalam mengurus rumah, Ibu tetap tak lupa dengan ibadahnya dibulan Ramadhan ini. Bisa dibilang ibu juga lebih utama ibadahnya ketimbang anggota keluarga yang lain. Biasa ibu setelah subuh dimasjid tidak langsung kembali pulang, namun mengikuti tadarus bersama ibu-ibu yang lain hingga matahari agak naik dari ufuk timur. Setelah pulang dari masjid, ibu biasa tak langsung beristirahat, karena pasti ada saja pekerjaan rumah yang akan diselesaikannya. Anak-anaknya mencoba membantu meringankan pekerjaannya, namun mungkin masih kalah rajin dengan sang ibu.  

Dan terus begitu selama sebulan penuh, menyiapkan saur, menyiapkan buka puasa, mengurus rumah, dan beribadah tentunya. 

Apakah ibu lelah?, Jelas ia lelah, tampak diraut wajahnya yang terus menua. Namun semangatnya masih muda, ulet, kasih sayangnya mengalahkan rasa lelahnya. 

Dengan cinta ibu kepada keluarganyalah yang membuat ia menjadi wanita tangguh, tak berhenti walau lelah demi menghidupkan dapur rumah-mengurus rumah keluarganya. Semuanya diselesaikan dengan bersih dan rapi. Tanpa celah sedikitpun, sempurna. 

Bagiku, anak laki-laki dirumah ini. Ibu adalah cahaya yang terus bersinar terang menyinari seisi rumah. Dengannya rumah terus hidup. Dilayani lah semua anggota keluarga dengan kasih cinta dan kelembutanya. 

Alhamdulillah, syukur harus selalu dipanjatkan. Karena cahaya itu masih ada dirumah kecil ini. Semoga cahaya itu akan selalu terang, berpijar, walau diakui cahaya itu mulai meredup dimakan usia. 

Sayangilah cahaya rumah kami Ya Rab, jaga ia dari segala penyakit, dan panjangkan umurnya sehingga rumah kami akan terus terang oleh sinarnya. 

Aku tak bisa membayangkan jika cahaya itu meredup dan terus meredup, ya aku tahu bahwasanya cahaya itu tak selamanya akan berpijar terang. Namun insyaalloh, cahaya itu akan terus membersamai kami keluarga kecil ini dibulan suci Ramadhan kali ini, dan ramadhan ditahun-tahun yang akan datang. Semoga....

Comments

Popular Posts