sudahi, mari bersatu
Saya dulu pernah menulis sedikit tentang penglihatan saya terhadap netizen persosmedan yang dengan entengnya menghina para pendahulu yang berseberangan dengan pemikirannya atau pemikiran tokoh idolanya dulu. Walaupun para pendahulu itu tercatat sebagi pahlawan Nasional republik ini, jari-jari netizen ini seakan tanpa beban menghina, mengolok-ngolok pahlawan bangsa ini. Bahkan sampai menghujat ranah pribadinya. :(
Sama halnya dengan akhir-akhir ini, mereka yang tidak suka terhadap kelompok yang "mabok agama" mengeluarkan opini-nya dan mendadak membahas bab agama (yang aku yakini itu adalah bahasan yang sangat tidak disukai mereka). Ya mereka mendadak menjadi ahli agama. Menilai sesuatu dengan dalil pribadinya dan meninggikan seseorang - merendahkan seseorang dengan dalil suka-suka mereka. Benar adanya bahwa Indonesia ini terlalu bayak orang pinternya. Bahkan di sosmed semua netizen bisa menjadi pakar instan dan berubah-ubah sesuai mood bahasan diri sendiri. Siang pakar agama, sore pakar politik, malam pakar video syur artis ibukota. Saya berani menyimpulkan bahwa mereka ini adalah alumni pergejolakan politik pada masa lampau. Dan masih terus terbawa hingga sekarang.
Pun juga saya, saya tidak terlepas dari pembahasan hangat itu. Tentu juga anda akan tahu dimana saya memihak dari tweet-retweet-love saya. Namun saya ingin teman-teman bukan fokus terhadap hal itu. Garis bawahi bahwasanya, siapapun mereka yang berbeda pandangan denganmu tentu tidak ada hak dirimu untuk menghina-menghujat,-mengolok-oloknya. Teman, banyak mereka yang bersusah payah-sekuat tenaga mencoba menyatukan hingga mengorbankan dirinya untuk diserang dari dua pihak yang coba untuk disatukan ini. Namun entah, selalu saja ada hal yang memecah belah dengan seenaknya. Tahun ini kita sedang diuji dengan pendemi teman. Ditambah juga pergejolakan politik yang sangat masifnya. Pertikaian dimana-mana, perdebatan, bentrok ada di setiap sudut negeri ini. Kita lelah teman-teman. Sebagai seseorang yang mungkin masih bisa menjalani hari dengan nyaman, cobalah untuk tidak turut serta dalam perpecahan ombak tersebut. Ikutlah dalam barisan para pendamai dan penyatu. Pun kalau tidak bisa, diam itu lebih baik teman. Mereka yang bertikai juga sama-sama anak negeri ini. Lelah teman, sudahi. Terlalu banyak hal remeh temeh yang menguras tenaga kita. Hingga dalam terkurasnya tenaga kita itu, kita gampang sekali untuk disulut amarahnya.
Lagi-lagi saya juga banyak hal kekhilafan, mohon maaf teman-teman. Mari teman-teman, sudahi. Jangan terlalu sibuk mempermasalahkan gelap teman, tapi sibuklah untuk menyiapkan lilin harapan. Berikan secercah harapan, bersatulah.
Salam
Comments
Post a Comment